www.smartlink.biz.id Enam besar peserta Indonesian Idol musim XIII dari kota Piche serta empat teratas Vanessa Zee memiliki kesempatan untuk menggelar konser perdananya di kabupaten Sumba Barat Daya, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya pada 22 Mei 2025 di Lapangan Galatama, Kota Tambolaka – wilayah Sumba Barat Daya. Kunjungan para finalis ini, yang selalu membawa aura positif sepanjang kompetisi bernyanyi tersebut, akan merayakannya di “Tanah Seribu Bukit” — nama lain bagi Sumba Barat Daya— guna menyemarakkan ulang tahun ke-18 kabupatennya.
Berita baik tentang kedatangan Piche Kota, seorang anak terpilih dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah mendongkrak popularitas daerahnya secara nasional beriringan dengan Vanessa Zee, dibagikan oleh akun TikTok bernama @ratuanggaofficial pada hari Jumat, tanggal 16 Mei 2025. Di dalam postingannya tersebut, Piche Kota serta Vanessa Zee menyampaikan rasa terimakasih mereka atas undangan dari Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya untuk merayakan Ulang Tahun Ke-18 kabupaten tersebut.
"Kami berterima kasih kepada Bupati Sumba Barat Daya Ratu Ngadu Bonu Wulla serta Wakil Bupati Dominikus Alphawan Rangga Kaka yang telah mengundang kita semua dalam perayaan hari jadi ke-18 kabupaten Sumba Barat Daya," ungkap Piche Kota dan Vanessa Zee berturut-turut.
Piche Kota dan Vanessa Zee pun meminta agar penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur terutamanya mereka yang berada di Kabupaten Sumba Barat turut hadir dalam acara tersebut, yang akan diselenggarakan di Lapangan Galatama.
"Untuk penduduk Sumba Barat Daya, silakan berkumpul pada hari Kamis, tanggal 22 Mei 2025, di Lapangan Galatama Kota Tambolaka. Terima kasih," kata Piche dan Vanessa Zee bersama-sama.
Memunculkan Kenangan serta Cerita yang Abadi
Di lingkungan kelas Idol Extra, tempat umumnya terdengar suara ketawa dan gembira, atmosfer tiba-tiba menjadi suram. Awan murka menyebar, dan senyuman yang selalu mempercantik muka para siswa bergairah ini seperti terselimuti kabut keseduran. Disitu, Vanessa Zee duduk bersama teman-temannya. Tetapi, keraguan mencuat dari pandangannya; sebuah ingatan menyinarkan tepian matanya.
Tersembunyi di balik kelopak bunga yang sudah tidak sanggup menyimpan laju kerinduan, tetesan air mata turun bergulir, menciprat wajahnya yang bersemu merah. Di lubuk hati terdalamnya, suara namanya berkumandang — Piche Kota. Dia adalah pemuda dari Atambua, Kabupaten Belu, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Meski diam-diam dan sederhana, ia berhasil membawa kedekatan tanpa basa-basi serta penghargaan tanpa harus dipamerkan.
"Namun demikian, ekspresi pedulinya tak terlihat dengan jelas," ungkap Vanessa Zee—sapaan Vanessa Simorangkir dalam wawancara yang dipaparkan oleh www.smartlink.biz.id dari kanal YouTube Idol Extra pada hari Sabtu, tanggal 28 Maret 2025.
Kicauan lembutnya bergema, mirip getaran dedaunan tersapu hembusan angin subuh. Nyanyian yang umumnya merdu ini saat ini dirimbungi rasa kesedihan yang masih sulit dilupakan. Pada penghujung bait permohonan tanpa suara tersebut, Vanessa mengekspresikan ucapan terima kasih. Untuk persahabatan yang sudah dilewati, untuk lagu-lagu yang menghubungkan mereka dalam sinkronitas bunyi, dan untuk sebuah ingatan yang kini menjadi elemen penting dari catatan petualangannya sendiri. Tahap penyisihan dua kali pertunjukan "Let It Be", kolaborasi fenomenal pada Penampilan 9 menggunakan lagu "Cerita Cinta di Sekolah"—seluruhnya sekarang adalah potongan-potongan kenangan yang berharga.
Spektakleran Atraksi 9: Cerita yang Berkembang dan Air Mata Pengucapan Farwell
Pada malam tersebut, panggung Indonesian Idol Musim XIII bertransformasi menjadi wadah di mana nyanyian tidak hanya merupakan rangkaian melodi, namun juga ungkapan perasaan yang murni. Ribuan pasang mata penuh harap, sementara detak jantung para hadirin seakan berdetak serempak sesuai irama musiknya. Penampilan duet Vanessa dan Piche membawakan lagu Kisah Kasih di Sekolah berhasil mempesona semua penonton, merubah evening itu menjadi sebuah cerita yang tak kan dilupakan.
Mereka tidak hanya diwakili oleh dua huruf bergabung dalam daftar peserta saja. Sebaliknya, mereka menjadi fenomena yang muncul pada layar, mengisi laman-laman media sosial dengan tawa dan persahabatan yang hangat. Instagram, TikTok, YouTube – semua platform ini membicarakannya. Kekompakan yang kuat, harmonisasi antara nada-nada, serta daya tarik yang menawan telah tak sengaja menyatu dengan perasaan penggemarnya.
Meski begitu, malam tersebut tak sekadar dimeriahkan oleh musik. Ia pun menyaksikan sebuah pengucilan. Di momen penentuan hasil pertunjukan, takdir memutuskan hal lain. Mereka berdua mencapai puncak ketidakpastian, siap menerima keputusan yang bakal merombak jalannya hidup. Boy William membacakan putusan juri dengan nada yang masih bergema. Sementara Vanessa berhasil melanjutkan perjalanannya, sayangnya karir Piche harus berakhir di episode luar biasa nomor sembilan ini.
Singkatnya, saat itu tampak seperti waktu menghentikan lajunya. Piche, meski tersenyum memaksakan diri agar tetap kuat, melihat Vanessa yang sudah tidak dapat menahannya lebih lama dan akhirnya menumpahkan air matanya. Di tengah kesunyian namun dipenuhi gemuruh tepuk tangan, mereka pun bersalaman. Salam ini melebihi sekadar perpisahan; itu adalah sebuah komitmen tanpa kata-kata. Mengenai ingatan yang pastinya masih bertahan di antara kedua insan tersebut.
Vanessa terdiam sambil meneteskan air mata, mengizinkan semua emosi yang telah ditahannya meleleh lewat pelukannya bersama Piche. Di saat yang sama, Piche berusaha untuk tersenyum, seolah-olah mendapatkan kekuatan kerasnya dari Pegunungan Lakaan tempat dia lahir. Ia cenderung berkata bahwa semuanya pasti akan menjadi lebih baik, walaupun dirinya juga merasakan sakit di hati.
Piche Kota: Satu Penghentian yang Terabadikan dalam Ingatan
Pada hari tersebut, langkah Piche kelihatan semakin berat setelah mendengar pengumuman penyingkiran dirinya. Ia kemudian kembali ke bilikkelas Idol Extra guna memberitahu salaminallah kepada rakan-rakannya. Sebagaimana lazimnya, dia cuba mengekori kesedihan hatinya melalui guyonan. Walau bagaimanapun, semua orang sedar bahawa gelakkannya pada malam itu sebenarnya merupakan cara untuk menutupi lukanya.
Pada saat berjumpa dengan Vanessa di akhir turnamen ini, emosi yang mengalir tidak dapat ditahan lagi. Vanessa bercita-cita, dan kali ini bahkan Piche juga merasakan getaran sedih itu. Dia mencoba untuk melihat Vanessa, namun ia malah memalingkan pandangan - seolah-olah agar perasaannya tidak semakin hancur.
"Fajar, Piche mohon bantuannya. Harap awasi kakak dan adik-adikku, Piche. Juga teman-teman perempuan harap menjaga Fajar, oke?" katanya dengan nada pelan tapi cukup keras agar semua orang dalam ruangan tersebut bisa merasakan kesedihan yang sama.
Selanjutnya, layaknya angin yang perlahan mereda dan lenyap dari wajah bumi, Piche pun meninggalkan tempat itu. Tak ada banyak ucapan, tak ada banyak tanda. Satu-satunya hal yang ditinggalkannya adalah kenangan yang bakal tetap bertahan dalam hati Vanessa, serta dalam hati setiap individu yang sempat melihat petualangan mereka.
Pada malam tersebut, sebuah dekapan menjadi simbol dari kepergian yang sulit untuk disampaikan dengan kata-kata. Namun serupa dengan lagu abadi yang tidak akan sepenuhnya usai dimainkan, ingatan tentang Piche dan Vanessa bakal senantiasa bergema dalam jiwa siapa pun yang pernah melihat cerita mereka di panggung Indonesian Idol. ***