Program Konservasi Bersama WRI dan HSBC Dukung Petani Kopi Gayo Hadapi Perubahan Iklim

World Resources Institute (WRI) menggandeng HSBC Indonesia untuk melaksanakan proyek konservasi dan peningkatan produktivitas kopi Gayo di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Program yang mengedepankan pendekatan perhutanan sosial dan agroforestri ini untuk mencegah penebangan hutan dan mengedepankan praktik berkelanjutan dalam budidaya kopi.

Direktur Program Pangan, Lahan, dan Air WRI, Tomi Haryadi, mengatakan proyek ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 2025 sampai dengan 2027 dengan target mencegah deforestasi hutan hingga 1.200 hektare.

“Terdapat 1.200 hektare hutan desa yang bisa kami intervensi melalui pendekatan good agricultural practices "dengan meningkatkan tanam di berbagai area hutan terlindung," jelas Tomi saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (14/5).

Tomi mengatakan program ini juga akan mendorong peningkatan produktivitas petani yang berada di Bener Meriah hingga mencapai titik maksimal. Pasalnya, mayoritas petani yang berada di wilayah Bener Meriah hanya mampu memproduksi kopi sebesar 750 kilogram per hektare dari potensi yang seharusnya sebesar 2 ton per hektare.

“Meningkatkan produktivitas adalah salah satu cara yang kami lakukan untuk memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi komunitas hingga 1,2 hingga 2 ton per hektare,” ujarnya.

Berikutnya, program tersebut juga mendorong para petani agar memanfaatkan limbah hasil produksi kopi menjadi suatu produk bermanfaat serta ramah terhadap lingkungan.

Tomi menyampaikan bahwa warga di Bener Meriah telah lama membuang sisa proses pembuatan kopi dengan cara dibakar, suatu metode yang dikenal unik bagi mereka. Namun, tindakan itu dapat memiliki efek merugikan pada sekitaran secara tak langsung.

“Salah satu intervensi kita adalah ada teknologi yang dilakukan  untuk mengubah sisa pengolahan kopi itu menjadi bioetanol. Jadi kami di tahun pertama memberikan training mengubah khas untuk menghasilkan bioetanol,” ujarnya.

Tomi menjelaskan proyek ini juga diharapkan mengurangi dan menyerap emisi gas rumah kaca hingga 50 ton per hektare kanopi. Ini merupakan capaian penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Di samping itu, program tersebut akan memperluas kemampuan dan kesejahteraan masyarakat dengan mengikutsertakan wanita dan remaja dalam penanganan kopi yang ramah lingkungan.

"Dengan menggunakan metode ini, kita bertujuan agar pasar bisa menghasilkan keuntungan yang lebih signifikan untuk masyarakat petani sambil juga membantu dalam pelestarian hutan serta penurunan emisi gas rumah kaca," jelasnya.