Hindia Siap Revolusi Terapi Psikologi: Musik sebagai Solusi Masa Depan

Baru-baru ini saya sempat melihat sebuah meme di mana banyak orang rela mengantri untuk mendapatkan tiket konser band Hindia daripada membuat janji dengan psikolog. Meskipun lagu-lagu mereka memang menyenangkan didengar, hal itu menimbulkan rasa cemas pada diriku bahwa jika seseorang lebih tertarik mendengarkan musik sebagai bentuk pelarian atau terapi pengganti, maka apa nasib para profesional psikolog? Terlebih lagi, aku telah menempuh pendidikan sarjana dalam bidang Psikologi selama empat tahun lamanya.

Sebagai seorang mahasiswa jurusan psikologi dan pecinta setia grup band Hindia di beragam layanan streaming, rasa ingin tahu saya bertambah: apa sih rahasia kekuatan musik Hindia tersebut? Selain sangat menyentuh hati, ternyata mereka juga dapat menjadi teman baik saat bekerja atau belajar, seperti halnya ketika saya sedang asyik menuangkan pemikiran dalam artikel ini sambil memutar lagu-lagu mereka.

Untuk kalian yang juga biasa menganggukkan kepala perlahan saat mendengarkan lirik "bayangkan jika kita tidak menyerah" dan berusaha menahan air mata, mari kita diskusikan ini. Jangan khawatir, tulisanku akan tetap santai, namun aku bagi menjadi tiga bagian agar lebih mudah dipahami.

Mengapa Musik Hindia Terasa Mengobati?

Daniel Baskara Putra, dikenal sebagai Hindia, meskipun tidak seorang psikolog, namun musiknya memiliki dampak terapi yang nyata. Baru-baru ini dia meluncurkan Mixtape bertajuk Doves, 25 on Blank Canvas yang menjadi hits besar pula dengan beberapa lagu seperti "Everything U Are" dan "Kids". Selain itu, dalam album tersebut ia membahas isu-isu sosial-politis lewat rekaman sang Ibu, Sumarsih, dan lagu "Anak Itu Belum Pulang."

Lagu "Berapa Harga Satu Pil" turut menyinggung tentang pentingnya konsumsi obat anti-depresan bagi seseorang yang berada dalam situasi bergejolak di sekitarnya. Album sebelumnya, Menari dengan Bayangan, tidak hanya sekadar kumpulan melodi tetapi lebih mirip sesi terapi pribadi yang diberikan bersama irama santai. Lirik dari album ini sangat menusuk hati, tulus, serta menyampaikan pesannya secara langsung kepada perasaan pendengar.

Misalnya lagu " Besok Mungkin Kita Sampai". Lirik seperti " Hidup bukan tentang bersaing, Tetapi bermimpi untuk diri sendiri" terdengar seperti pengingat halus bagi mereka yang merasa kurang percaya diri dengan prestasi saat ini dibandingkan orang lain yang telah mencapai lebih banyak. Hindia sepertinya mengungkapkan bahwa setiap individu sedang berjalan pada jalannya sendiri dan harus tetap semangat melanjutkan perjalanan tersebut.

Ini tidak hanya berdasarkan pengalaman pribadi saja. Penelitian dari Frontiers in Psychology tahun 2021 menunjukkan bahwa lagu-lagu dengan lirik yang ekspresif dan bermakna dapat memperkuat rasa pengetahuan diri seseorang serta meredakan ketidaknyamanan emosi, khususnya bagi remaja dan orang muda. Tidak mengherankan, banyak yang berkomentar jika band seperti Hindia seolah-olah menjadi 'saudara dekat yang selalu tahu apa yang ada di pikiran kita meskipun jarang bertemu.'

Musik Sebagai Terapi? Tak Hanya Legenda di Spotify

Sebenarnya tidak banyak orang yang mengetahui bahwa musik memang digunakan secara nyata dalam metode terapi. Disebut dengan nama Terapi Musik. Ini bukan sekadar mendengarkan lagu sembarangan, tetapi merupakan proses terapi yang dijalankan oleh ahli berlisensi dan tersertifikasi.

Menurut American Music Therapy Association (AMTA), terapi musik ternyata dapat menenangkan gejala kecemasan, depresi, dan juga PTSD.

Bukan hanya itu saja. Terdapat juga metode bernama pendekatan mindfulness berbasis musik, di mana Anda diperbolehkan untuk mendengarkan lagu secara fokus. Bukan sembari menggulung video TikTok atau mencari promo di situs belanja online. Melainkan benar-benar merasakan setiap bait lirik serta nada dalamnya.

Banyak penelitian mengindikasikan bahwa aktivitas seperti menulis lirik lagu atau puisi, dikenal sebagai terapi songwriting, dapat menjadi metode efektif bagi mereka yang kesulitan menyampaikan perasaan dengan kata-kata lisan.

Hmmm, cara menuliskan Baskara yang penuh gambaran dan terbuka ini dapat memberikan inspirasi. Kau tidak perlu membuat lagu seperti milik Hindia, tetapi cukup dengan mencatat pikiranmu dalam sebuah jurnal sudah merupakan awal untuk penyembuhan diri.

Data Kesehatan Jiwa Generasi Pemuda: Ini Lebih dari sekedar "Kesedihan Musim Panas"

Mari kita bicara tentang data supaya tidak dikatakan hanya ngebahas hal sepele. Menurut laporan WHO (2022), setiap tujuh remaja di planet ini memiliki satu orang yang menderita masalah kesehatan mental, utamanya adalah kondisi seperti depresi serta kegelisahan.

Di Indonesia, survei Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan bahwa kira-kira 9,8% dari populasi yang telah melewati usia 15 tahun menderita masalah kesehatan mental dan emosi.

Tahukah Anda? Salah satu alasan di balik hal ini adalah semakin meningkatnya tekanan kehidupan yang mencakup aspek akademis, hubungan keluarga, beban finansial, hingga pencarian jati diri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika lagu "Hindia" yang mengekspresikan ketidakpuasannya menjadi sarana penyaluran emosi yang tepat dan disambut dengan baik oleh banyak orang.

Namun perlu ditekankan pula: lagu mungkin menjadi pelukan pertama, tetapi tidak dapat menggantikan segalanya. Apabila Anda merasa terbebani, kelelahan secara mental dan emosional, atau memiliki pemikiran negatif yang menghantuinya, berkonsultasi dengan ahli bukan merupakan indikator dari ketidakmampuan. Sebaliknya, hal tersebut adalah langkah berani untuk menyelamatkan diri Anda sendiri.

Kesimpulan: Musik, Kegiatan Mindfulness, dan Meminta Bantuan Itu Sekaligus

Jadi... Hindia juga bagian dari itu, kan? Betul, tapi jangan hanya fokus pada Hindia saja. Musiknya dapat menjadi pengingat untukmu: "Oh, ternyata aku perlu lebih memperhatikan kesejahteraan mentalku." Namun, jangan berhenti sampai disitu saja. Beri dirimu kesempatan untuk bersantai, bercerita kepada teman-temanmu, mencatat hari-hari dalam sebuah diary, bahkan jika diperlukan lakukan terapi.

Lagu "Secukupnya" ini tak hanya menyenangkan di telinga, tetapi juga mengajarkan kita untuk... biar cukup saja seperti dalam lagu tersebut. Tidak perlu selalu berpikir tentang menjadi luar biasa setiap harinya. Seperti yang disampaikan oleh Baskara, "Tidak ada manusia yang tidak dapat bernyanyi... temukan nada milikmu sendiri." Ini termasuk pula dengan suara batin Anda yang telah lama ingin didengar.

Semoga tulisan ini dapat menjadi teman diskusi daring yang tidak hanya senang berbincang, tetapi juga menambah wawasan.

Saat kamu suatu hari sedang bingung di kamarmu, dan tiba-tiba berteriak: "Mengapa sih Hindia begitu memahami apa yang ada dalam pikiran saya?!", bisa jadi alasannya adalah bahwa kamu merasa perlu untuk diperhatikan.